Sabtu, 06 Juni 2015

Bukit Batu Natih



Beberapa kali melewati desa Natih dan juga sesekali singgah sebentar pada saat mengunjungi beberapa desa yang lebih jauh seperti desa Muara Hungi, Mindai dan Datar Batung dll. Desa yang memang memiliki wilayah alam yang strategis, diapit oleh beberapa buah bukit
batu besar yang membentang serta aliran sungai Alai yang jernih dan luas. Menyimpan pesona alam yang banyak memiliki potensi wisata seperti goa, bukit batu maupun sungainya. Sungainya asyik buat tubing, bukitnya pun tak kalah keren untuk didaki, baik menuju goa yang tersebar dibeberapa titik maupun trekking ke salah satu puncak-puncak bukitnya. 
Bukit itu yang ingin didaki

Bagi kalian yang ingin mengeksplore keindahannya, desa Natih ini sangat direkomendasikan bagi yang suka dengan sedikit tantangan alam namun disarankan tetap menggunakaan jasa sukarela dari guide setempat ya guys. Seberapa hebat pun pengalaman Anda, masyarakat setempat jauh lebih mengenal akan karakteristik wilayahnya. Menurut informasi yang saya dapat sekitar desa ini terdapat beberapa buah gia antara lain goa Berangin, goa Kukup, goa Sawar ( baca di sini) dan masih ada goa lainnya yang masih belum terjamah. Semua goa memiliki keunikan tersendiri.
Desa Natih dengan background bukit batunya
Saat melihat postingan teman di salah satu grup jalan-jalan itu, kali ini saya dan teman-teman pun penasaran dengan bukit batu yang persis berada di belakang pemukiman warga itu. Bukit batu yang terjal nan kokoh itu baru-baru ini terbakar sendirinya, hampir sebagian pepohonannya terbakar. Dengan mengandalkan guide setempat kami pun perlahan menuju bukit batu ini. Perjalanan dimulai dari belakang pemukiman warga atau arah utara bukit. Setelah menyebrangi sungai kecil, tanjakan pun sudah didepan mata, tanah gembur dan licin dengan sedikit berbatu adalah langkah awal mendaki. Lumayan terjal guys, perlahan dan perlahan namun pasti tanah gembur mulai berubah menjadi bebatuan khas pegunungan. Semakin menanjak, medan pun semakin terjal dan mulai didominasi batu, ya iyalah namanya juga bukit batu hihihihi. Medan ini mengingatkan saya pada saat menuju bukit Langara yang ada di Loksado dan juga katanya view pun mirip dengan bukit Langara ( bukit Langara baca di sini ), namun kayaknya medan ini lebih sulit dari bukit Langara dan juga terjal. Sesekali kita harus berpegangan pada akar-akar pohon, juga sesekali ngesot ke atas bebatuan besar yang lumayan tajam. Tetap ekstra hati-hati dan selalu perhatikan pegangan dan pijakan kaki kita ya guys. Memakai sepatu trekking dan memakai sarung tangan jauh lebih aman saat mendaki bukit ini.
Track yang berbatu




Hampir puncak, bukit yang mirip dengan Halau-halau Bini

Salah satu view puncak bukit disebelah Utara
Sekitar 30 menit trekking kamipun sampai dipuncak, sebenarnya bukan puncak tertinggi sih tetapi karena dipuncak inilah view terindah bisa dinikmati. Ada satu kincir angin sederhana terdapat disini yang dibuat masyarakat setempat yang mereka sebut “tangkirik”. Tak ada nama resmi dari bukit ini, masyarakat setempat pun bilang cuma “Bukit Batu”. Bukit ini adalah bukit yang dilihat kalau kita berada dipuncak bukit Titi / Pihandam, baca di sini. Disebelah Utara bukit ini terdapat  juga bukit yang mirip dengan puncak Halau-halau Bini (baca di sini).
Bukit Pihandam disebelah Barat

Bukit Pihandam dengan ciri pondok di tengahnya
Salah satu desa terdekat Natih

Punggung bukit batu diseberang sono
Dan view utama adalah bukit batu diseberang sana yang kokoh dan dilengkapi dengan sungai Alai nya yang meliuk indah yang dikatakan orang mirip dengan bukit Langara diwilayah Loksado itu. Seperti hutan mati didaerah gunung-gunung di Jawa saat diatas sini, dan so pasti pemandangan desa Natih dari sini sangat indah guys.

Desa Natih dari Bukit Batu

Mirip hutan mati yaa
Tangkirik / Kincir Angin sederhana

Desa Natih dari Bukit Batu

The Beauty Meratus Forest
Pulang dengan turunan yang lumayan terjal guys
Desa Natih terletak diwilayah kecamatan Batang Alai Timur kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dari kota Barabai menuju desa Natih berjarak sekitar 30-35 kilometer (kalau tidak salah, lupa soalnya hehe) dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit sampai 1 jam. Jalanan sudah berupa aspal sampai desa ini meskipun dibeberapa titik sudah banyak jalan yang bolong-bolong. Jadi, pakai motor ataupun mobil dapat dicapai ke desa ini. Ngesotpun juga bisa asalkan mampu wkkkkkkk
Tetap jaga lingkungan kita dari sampah ya guys dan juga safety procedure saat mendaki bukit ini.
Salam Lestari !!!

1 komentar:

  1. Salam blogger. Salam kenal dengan urang Angkinang, Kandangan, nang katuju jua bajalanan ka tampat wisata. Tarima kasih inpurmasinya. Mudahan bamanpaat. Ada waktu bisa kasana..................

    BalasHapus