Rabu, 29 April 2015

Eksotisme Desa JUHU



Pernahkah dalam benak Anda terbesit ingin berada di suatu tempat yang damai, tenang sejuk dan indah  serta jauh dari tagihan utang piutang ? Kayaknya hampir semua orang memiliki keinginan yang sama. Jauh dari perkotaan, damai, tenang, sejuk, indah dan ditambah dengan orang-orang
ramah dan bersahaja disekelilingnya nampaknya sangat pas untuk desa yang satu ini, inilah desa Juhu.


Sebelumnya artikel tentang desa ini sudah saya submit di sini, salah satu website travel di Indonesia. Karena naskah yang terbatas akhirnya mending saya tulis di blog saya sendiri walaupun dengan EYD yang belum sempurna.

Kalau Anda pernah mendengar atau mungkin berkunjung ke desa Wae Rebo di Flores sana, mungkin ada sedikit kesamaan dengan desa Juhu yaitu terletak didalam hutan di antara perbukitan yang rimbun. Namun desa Wae Rebo memiliki bangunan rumah yang sangat khas ( berbentuk seperti kerucut). Selain itu Wae Rebo tidak terlalu jauh untuk ditempuh dan merupakan desa wisata andalan pemkab setempat. Berbeda jauh dengan desa Juhu yang sangat jauh dan bukan desa wisata.



Kembali ke desa Juhu, desa Juhu terletak di Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Terletak di tengah-tengah gugusan pegunungan Meratus, berjarak sekitar 50km *) dari kota Barabai. 36 kilometer pertama sih masih enjoy karena dapat ditempuh dengan mobil atau motor sampai desa Kiyu (desa terakhir), dan 14 kilometernya berikutnya perjalanan dapat ditempuh hanya dengan jalan kaki selama 2 hari, menembus rimbunnya belantara hutan Meratus ( foto-foto yang ada di hutan Meratus bisa di lihat disini
gan Eksotika Hutan Meratus  ). Itu bagi kita orang yang belum terbiasa dengan medan / kontur tanah dipegunungan.
Menembus hutan perawan dengan pohon-pohon Meranti dan Damar yang besar

Sedangkan bagi warga lokal mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 8 - 12 jam saja. Haaaaaa apaaa 2 hari (mata melotot dengan dahi mengerut dan rambut jadi tegak semua wkkkk ) ? Hmmmmm.... ya begitulah adanya karena letaknya yang ada ditengah-tengah kawasan hutan di pegunungan Meratus yang
merupakan kawasan hutan lindung (hutan adat) dengan melalui beberapa anak sungai, serta melewati dua buah gunung yaitu Gunung Paniti Ranggang dan Gunung Kilai.


Menuju desa Juhu tak lain seperti mendaki ke puncak Halau-halau (puncak tertinggi Kalimantan Selatan), karena awal perjalanan melewati jalur yang sama hanya saja nanti dipertigaan di puncak Paniti Ranggang yang akan memisahkan jalur antara menuju Halau-halau dan desa Juhu. Untuk cerita pendakian Halau-halau bisa disimak di Pendakian Puncak Halau-halau, Puncak Tertinggi Kalimantan Selatan.

Untuk medannya sendiri tak ubah juga seperti menuju puncak tertinggi itu. Setelah menuruni puncak Paniti Ranggang yang seakan tak ada ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah jembatan gantung membentang di atas Sungai Alai yang besar, jembatan ini masih lumayan kokoh. Beberapa ratus meter dari jembatan perjalanan mendaki bukit Kilai dimulai. Mendaki bukit Kilai inilah yang sangat menguras tenaga, najak terus cuy.... Namun karena waktu yang tidak memungkinkan serta menjaga stamina agar tetap fit buat esok hari alangkah baiknya bermalam di sekitaran Aing Nuhut atau Penyaguan sebutan bagi masyarakat setempat. Sekitar 1,5 jam dari jembatan gantung tadi.


Sungai Aing Nuhut / Penyaguan

Besok harinya baru melanjutkan mendaki bukit Kilai yang kejam yang teruuuuus menanjak. Karena diketinggian, hawa yang sejuk sedikit membantu kita dalam mendaki ,lumayan lah saat nafas ngos-ngosan dibantu dengan asupan oksigen bersih oleh pepohonan yang besar-besar.
Sekitar 4 jam mendaki, akhirnya dipuncak Kilai memberikan keindahan yang luar biasa.... Pohon-pohon yang batangnya ditumbuhi lumut yang tebal dan hijau banget...segerrr liatnya...

Puncak Kilai, penuh lumut

Saatnya menuruni bukit Kilai, masih membutuhkan waktu sekitar 4 - 5 jam perjalanan menuju desa Juhu. Namun menuruni bukit ini sedikit terasa lebih ringan karena hanya mengikuti langkah yang seakan mengayun sendiri pada medan turunan, namun bagi sebagian orang lebih menderita karena pada saat menurun  seluruh beban tubuh kita bertumpu pada lutut kita sehingga banyak orang yang kram atau sakit dilututnya pada saat turunan. Oya, pelan aja jalannya, hati-hati kesandung akar-akar pohon, bahaya klo kesandung bisa-bisa kepala duluan yang jatuh...hehehe
Akhir kisah dengan perjuangan berat, dari bukit kecil sebelum desa, nampak sebuah pemukiman yang indaaaah banget...indah banget deh pokoknya sampai ga bisa dilukiskan dengan kata-kata (lebayyy)....hehehe
Dan saya pun tiba di desa Juhu.




Desa ini berada di ketinggian sekitar 560 mdpl *), merupakan desa tertinggi di Kalimantan Selatan. Arah Timur dan Tenggara desa Juhu berbatasan dengan wilayah administratif kabupaten Kotabaru,di sebelah Barat terdapat Gunung Besar (Halau-halau) merupakan puncak tertinggi di gugusan pegunungan Meratus dengan ketinggian kurang lebih 1900an mdpl. Keunikan desa ini hampir 90% wilayahnya ditumbuhi rumput,dan uniknya lagi rumput tersebut dipotong oleh mesin rumput alami,yaitu kerbau. Ya,kerbau di sini dibiarkan alami mencari makan sendiri di sekitar rumah,rumput yang tadinya layu dimakan kerbau menjadi subur kembali karena kotoran kerbau tersebut,sehingga kelestarian rumput dan ekosistemnya tsb tetap terjaga. Selain itu batu-batu yang berhamburan di halaman desa yang luas membuat desa ini kaya artistik. 
Tak ada mobil, motor bahkan sepeda tinjak pun gak ada brooooo....Sepi, damai dan tentram berasa kayak di pedalaman...ehh emang dipedalaman yah....hihihi. 

Mesin rumput alami




Matahari tenggelam tepat berada dipuncak Halau-halau

Sebagai informasi, 100% masyarakat Juhu memeluk agama Kaharingan atau kepercayaan pada leluhur mereka, tiap tahunnya beberapa kali upacara adat dilakukan di Balai Adat desa Juhu digelar baik dalam rangka bersyukur setelah pesta panen padi maupun ritual adat Babalian Maharagu yaitu ritual adat menyembuhkan orang sakit. Saat Aruh / ritual adat banyak masyarakat dari wilayah Kota Baru seperti Batu Bapincitan, Pasumpitan, Haraan dll (juga wilayah terpencil) datang ke Juhu untuk memenuhi undangan sekaligus menengok keluarga mereka sembari memperkokoh tali silaturrahmi. 

Terdapat sebuah Sekolah Dasar kecil disini, terpampang sebuah prasasti yang ditanda tangani oleh Abdurrahman Wahid atau Gusdur kala menjabat presiden periode itu. Bangunan yang lumayan masih kokoh. Syukurlah, anak-anak disini bisa mengenyam pendidikan dasar, setidaknya bisa baca tulis. Beberapa pemuda Juhu yang memiliki biaya ada yang kuliah di perguruan tinggi di Barabai. Lanjutkan bro,,,buat kemajuan desa mu...!!!!

Anak-anak SDN Juhu


Saya kagum sama penduduk desa Juhu, bayangin aja kalau mau ke kota untuk melengkapi / membeli kebutuhan hidup sehari-hari, mereka harus bersusah payah berjalan kaki seharian menuju pasar di Batu Kambar atau Birayang. Dari Juhu, kadang mereka membawa hasil hutan untuk dijual di pasar Batu Kembar atau Birayang yang kemudian uangnya dipakai untuk membeli kebutuhan lainnya. Kadang-kadang barter pun dilakukan dengan penduduk di desa Kiyu atau Batu Kambar.


Dan lebih kagumnya, disini ada mesin genset ukuran besar guys trus juga ada mesin penggiling padi lho....kebayang ga gimana mereka bawanya? Katanya sih mereka bawanya sedikit demi sedikit, jadi mesin itu di lepas satu-satu dan nantinya setelah sampai di Juhu mereka rakit kembali biar mesinnya bisa jalan... Begitu pun dengan alat-alat atau perabotan rumah tangga lainnya yang tak bisa dibuat / didapat dari alam, mereka mempunyai trik dan teknik sendiri dalam membawanya. Coba aja kalau kita yang mengalaminya ga kepikir deh.. Bersyukur dong kalau kita masih diberi fasilitas, saran dan prasarana yang lengkap sampai akses internet tiada batas yang bisa update status dan upload foto-foto selfie kita tiap hari. Berbanding terbalik pada masyarakat Juhu, yang hampir sebagian hidupnya bergantung pada alam. Alam memang sudah diciftakan buat manusia dan seluruh makhluk hidup didalamnya tergantung makhluk hidupnya yang memanfaatkan, mengelola dan menjaganya. Pokoknya salut deh buat masyarakat Juhu dengan kesederhanaannya.

Memang, kayaknya di negara yang kaya ini bukan hanya masyarakat Juhu yang mengalami hal / kendala seperti ini, masih banyak daerah-daerah lain yang letaknya terisolir dan jauh dari pusat keramaian.

Karena letaknya yang jauh dari kota, dikelilingi pegunungan dan pemandangan yang indah serta kealamiannya otomatis desa ini memiliki udara yang sangat segar tanpa polusi kendaraan bermotor, ditambah keramah tamahan penduduk setempat serta kehidupan sehari-hari mereka yang alami seperti bercocok tanam dan berburu membuat kita betah berlama-lama tinggal di sini sembari melupakan hiruk pikuk problematika dunia perkotaan. Dengan semua keunikan yang dimilikinya, bagi saya desa Juhu memang layak mendapatkan predikat “Desa Terindah”.

*) data diambil melalui GPS

Happy enjoy...Salam Lestari !!!!

6 komentar:

  1. nang kayapa amun handak ka sana ding? apakah bisa menginap di desanya atau kayapa?transportasi dr mana? amun handak ke sana, apa hrus bawa rokok wan duit receh kah..gsn urang kampung

    BalasHapus
  2. Biasax mnginap drmh adt.bisa ua rmh pmbkal. Org ksna rjin t mbe bntuan fnk buat kknakn skolh dsna brupa alt2 tulis sembako dan pkaian bekas yg msih lysk pkai buat mreka dsna

    BalasHapus
  3. Biasax mnginap drmh adt.bisa ua rmh pmbkal. Org ksna rjin t mbe bntuan fnk buat kknakn skolh dsna brupa alt2 tulis sembako dan pkaian bekas yg msih lysk pkai buat mreka dsna

    BalasHapus
  4. Biasax mnginap drmh adt.bisa ua rmh pmbkal. Org ksna rjin t mbe bntuan fnk buat kknakn skolh dsna brupa alt2 tulis sembako dan pkaian bekas yg msih lysk pkai buat mreka dsna

    BalasHapus
  5. Untuk aturan adat disana apa yah,apa boleh merokok atau bawa makanan dari luar seperti cikiciki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf baru bisa balas, jarang buka blog :).

      Untuk aturan tidak ada aturan spesial, sama seperti di pemukiman penduduk biasa, tapi istilahnya karena kita tamu ya harus tahu sopan santun lah. Tidak perlu bawa makanan berlebihan, tapi kalau mau memberi yaa silahkan. Walaupun mereka terisolir, tapi bukan berarti mereka ga punya apa2. Bahkan malah kita yg diberi org beras...hehehe... Intinya sopan santun yang dijaga, layaknya kita mau masuk ke rumah orang.

      Hapus