Jumat, 15 Mei 2015

Air Terjun Tumaung




Pegunungan Meratus memang kaya akan tempat yang indah. Satu lagi tempat indah yang beberapa hari yang lalu saya kunjungi, yaitu Air Terjun Tumaung. Terletak di wilayah teritori desa
Datar Ajab kecamatan Hantakan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. 

Ada dua jalur yang dapat ditempuh, yang pertama melalui desa Hinas Kiri / Batu Kembar kecamatan Batang Alai Timur – HST. Untuk menuju desa Hinas Kiri dapat ditempuh dengan roda dua dan roda empat sekitar 30-35 kilometer dari pusat kota Barabai (kalau tidak salah hehe). Selanjutnya dari Hinas Kiri dilanjutkan dengan trekking (jalan kaki) dengan waktu tempuh 2-3 jam tergantung fisik masing-masing, karena katanya medannya yang terus menanjak. Katanya lagi, medan ini bisa ditempuh dengan motor trail selama 1 jam. Alternatif kedua adalah melalui desa Datar Ajab kecamatan Hantakan – HST. Jalur yang akan saya tempuh dengan kawan-kawan. Berjarak total kurang lebih 27 kilometer dari pusat kota Barabai (dari Barabai ke Air Terjun ).

Lagi-lagi untuk mencapai keindahan di daerah sini tak mudah, kendaraan roda empat hanya bisa ditempuh sampai desa Arangani (sekitar 16 km dari kota Barabai), kemudian dari desa Arangani dilanjutkan ke desa Datar Ajab (Mangkiling) yang hanya bisa ditempuh dengan motor, itupun motor yang bukan matic karena jalan yang akan dilalui hanya berupa tanah saja, sesekali bertemu dengan jalan berbatu. Medan tanpa aspal ini sepanjang 8 kilometer dengan medan menanjak dan menurun, dan 3 kilometer berikutnya hanya bisa dilalui dengan trekking (jalan kaki). 

Sebut saja Raihan, Jani, Salim dan saya sendiri dengan memakai motor, pagi itu kami berempat dengan teman-teman melaju dari kota Barabai menuju air terjun tsb. 16 kilometer pertama jalanan aspal sampai di desa Arangani masih bisa dilewati dwngan senyuman manis. Setelah itu langsung saja kami dijajal dengan jalan tanjakan yang tinggi. Beruntung tanjakan pertama yang kami lalui sudah dibuatkan jalan berupa semen batako, mengingat inilah tanjakan yang paling tinggi, berbeda pada beberapa tahun lalu saat saya ke sini yang masih tanah sehingga menjadikan tanjakan ini tanjakan yang maut dan banyak memakan korban.
 Jalan tanpa aspal menuju desa Datar Ajab
Saat sampai dipuncak tanjakan langsung saja di sebelah kanan kami disuguhi oleh pemandangan hutan Meratus yang masih hijau. Sumpah, sejuk liatnya bro, ditambah udaranya yang segaaaaarrrr buangeett.... Namun dibalik itu, jalan berupa tanah sejauh 8 kilometer yang akan kami lewati sudah tersenyum menyambut dan menanti ban-ban motor kami seakan ingin menerkam ban motor kami...hmmmm.. Perjuangan berat memang, terlebih malam sebelumnya turun hujan yang mengakibatkan jalan becek dan licin. Amblas dan tergelincir sudah bukan hal apa-apa, namun tetap hati-hati. Untung saja kami sudah terbiasa melewati jalanan seperti ini, dengan startegi pelan namun pasti tanjakan demi tanjakan bisa dilalui dengan selamat sembari ditemani hamparan hutan Meratus disepanjang perjalanan.
View Pegunungan Meratus

Hijau alami
Setelah lelah melewati jalanan menanjak, lincin, berliku dan menurun yang memacu adrenalin, kamipun sampai di salah satu anak desa, yaitu kampung Mangkiling yang merupakan kampung terakhir menuju air terjun. Kami mencari seorang guide untuk menuju air terjun tsb karena tak satupun dari kami belum pernah ke air terjun tsb. Akhirnya tak butuh waktu lama, seorang anak-anak berhasil kami dapatkan sebagai penujuk arah. Beberapa saat melepas lelah saat melewati jalanan licin kami pun menuju titik terakhir pakai motor. Tepat dipinggir sungai, motor kami diparkir disana. Sedikit sisa perjalanan berikutnya sejauh 3 kilometer akan ditempuh dengan jalan kaki.
Hampir sampai di Mangkiling

Kompilasi alam yang indah
Menyebrangi sungai berbatu dengan air jernih dan menepi sungai itulah jalur yang dilalui. Jalur disini masih sangat alami yang hanya berupa jalan setapak. Bagi Anda yang berminat ke sini sangat disarankan pergi berkelompok/rombongan, karena banyak persimpangan dan jalan-jalan setapak yang dilalui warga setempat menuju areal persawahan dan perkebunan mereka, kecuali memang sudah hafal dengan jalur tsb.
nyebrang sungai

menepi sungai
nyebrang lagi

lagi - lagi nanjak

nyebrang lagi, masih di aliran sungai yang sama

nanjak lagi, semangaaaatt
hampir sampai
Sungainya bitufull coy

Sekitar 45 menit sampai 1 jam perjalanan, kamipun mendengar riuhnya bunyi air terjun Tumaung dari kejauhan. Air terjun Tumaung tepat berada dihadapan kami.
Rehat bentar

Serupa tapi tak sama

Air terjun dengan perkiraan kami memiliki ketinggian antara 15 meter dan lebar antara 5-8 meter ini memang mirip dengan air terjun Haratai yang ada di Loksado, namun kalau Anda melihat dengan mata kepala sendiri air terjun Tumaung sedikit lebih tinggi dan lebar dari air terjun Haratai, dan otomatis debit air yang dialirkan pun juga lebih banyak. Selain itu didepan air terjun memiliki space yang lebih luas dengan hamparan bebatuan akik
Hamparan bebatuan
Lompatan maut si Raihan :D

Sedikit info, bagi Anda yang suka fotografi, sedikit susah untuk memotret air terjun ini dengan berhadapan langsung / frontal, apalagi memotret dengan tekhnik slow speed karena embunnya yang deras yang membuat basah lensa Anda. Carilah angle terbaik dan posisi yang bebas dari embun tersebut dan so pasti safety first ya bro...
Air Terjun Tumaung
Air Terjun Tumaung tanpa warna
Beberapa bulan yang lalu masyarakat setempat membuatkan sebuah pondok tempat peristirahatan buat pengunjung. Artinya, tempat ini sudah mulai dikenal atau diketahui oleh masyarakat meskipun masih belum banyak yang tahu, hanya bagi kalangan tertentu saja. Hal ini dikarenakan tempatnya yang jauh dari pusat kota dan juga medan yang ditempuh lumayan berat. Bagi yang suka dengan kegiatan alam bebas so pasti tempat ini jangan dilewatkan guys...
Pondok istirahat

plang PAMDAK

numpang lewat...hihihi



Udara yang sejuk dengan hutan yang masih alami dengan kicauan suara-suara merdu penghuni hutan Meratus dan gemercik air yang tak henti-hentinya seakan ingin tinggal lebih lama di sini. Karena waktu yang tak memungkinkan kami pun segera bergegas pulang. Suatu saat kami ingin bermalam disini agar bisa lebih lama menikmati keindahannya, semoga.

Bonus di tepi jalan
Bonus

iklan

Dari waktu kewaktu bisa saja tempat ini ramai akan dikunjungi, karena banyaknya media informasi baik secara visual maupun audio visual yang ada sekarang. Jadilah pengunjung yang bijak, melihat panorama alam yang indah bukan berarti hanya menikmatinya saja namun tetap menjaga kelestarian serta kebersihan lingkungannya adalah bagian dari keindahan tsb.

Semoga bermanfaat.
Salam lestari !!!


6 komentar:

  1. keren blognya, berjiwa adventure bgt.. kalau boleh tau, jalur yg bisa di tempuh dari kota barabai lewat mana?
    soalnya bukan orang barabai tp dari kab. tetangga, HSU

    BalasHapus
  2. ada dua jalur :
    1. dr barabai menuju pagat, habis tu dri pagat menuju Hantakan, dari hantakan menuju Datar Ajab,,habis tu dari desa Datar Ajab bejalan batis..
    2. dr barabai menuju Birayang, dri Birayang menuju desa Hinas Kiri, dri Hinas kiri bejalan batis menuju Air terjunnya.

    Mkasih sudah bakunjang di blog ulun :)

    BalasHapus
  3. kerenn banar sanak air terjunnya... ulun org brabai jua, tp kd pernah ksana,, paling jauh smpai desa nateh hja.. mlhat bukit batu ... informasi yg sgt bermanfaat.. salam bdingsanakan,,

    BalasHapus
  4. Keren banar bro ae, amun kawa di banyaki lagi postingannya..

    BalasHapus